Kamis, 08 Maret 2012










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
              Dengan ini kita dapat mengetahui dan memahami bentuk tes benar dan salah  adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan  jawaban, yaitu benar atau salah. Jadi kita harus benar - benar memahami dengan baik soal tersebut  soal tersebut. Sebagai pengajar atau guru harus bisa mengukur hasil belajar yang lebih konpleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
              Mengenai jumlah alternative jawban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa membuat 3, 4 atau 5 alternatif jawban. Semakin banyak semakin bagus. Hal ini yang dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of guessing), sehingga dapat meningkatkan vadilitas dan reabilitas soal.




B.        Rumusan masalah
a)      Bagaiman cara mengetahui soal benar – salah
b)      Apakah guru harus mengetahui kemampuan peserta didknya
c)      Kenapa jumlah alternatif  jawaban tidak harus baku

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Benar Dan Salah ( True – False, Oryes – No )
Bentuk tes benar dan salah ( B- S ) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan  jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya mengenai pertanyaan – pertanyaan atau peryataan – pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengejakan soal. Salah satu fungsi bentuk soal benar atau salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didikdalam membedakan antara fakta dan pendapat.[1]
Menurut Gronlund dan Linn ( 1985 ) bentuk true – false items  ini pada umumnya digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi kebenaran pernyataan tentang suatu fakata, difinisi suatu istilah, pernyataan suatu prinsip  dan yang sejenisnya. Selain berbentuk jawaban benar – salah, juga dapat digunakan bentuk jawaban yes – no ( ya – tidak ).
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban,  benar atau salah. Guru diminta untuk memilih disetiap pernyataan tersebut, benar atau salah. Jika benar tulis tanda tambab (+ ). Sebaliknya jika salah tulis tanda (0) di depan masing- masing pernyataan itu. Nomor 1dan 2 adalah contoh bagaimana cara mengerjakan soal – soal selnjutnya.
1)      + : Surat Al-fatiha termasuk almakiyyah
2)         : surat Al-fatiha juga bisa dikatakan ummul kitab dan ummul qur’an.
3)      0 : nun mati bertemu dengan huruf alif hukumnya ikhfa.
4)         : nun mati bertemu ta’ hukumnya izhar.
Berikut ini contoh soal yang jawabannya berbentuk ya atau tidak.
إقرأ الفقره الآتية ثم أجب بنعم او لا................!!!  
يستيقيظ احمد مبكرا عند الفجر. يصلى الفجر فى المسجد, احمد لاينام بعد صلأة الفج. هو يقرأ القرأ. يذهب الى المدرسه بالحافلة السا عة السابعة. يو العطلة, يستيقيظ مبكرا أيضا, يوم الجمعة فى الصباح, يقرأ صحيفة أو كتابا, ويصلى فى المسجد
يستيقيظ أ حمد مبكرا1
 يوم الجمعه يقرأ صحيفة أو كتابا2
 يصلى أحمد الفجر فى البيت 3
 يصلى أحمد الجمعة فى المسجد الكبر4
 أحمد ينام بعد صلأة الفجر5
 أحمد مهندس6
 يذهب إلى المدرسة بالسيارة.7
Ø Kebaikan tes benar atau salah, antara lain:
a)   Mudah disusun dan dilaksanakan
b)   Dapat mencakup materi yang lebih luas.
c)   Dapat dinilai dengan cepat dan obyektif
d)  Banyak digunakan mengukur fakta- fakta dan frinsif.
Ø Kelemahan tes benar atau salah. Antara lain:
a)   Ada kecendrungan peserta didikmenjawab coba –coba.
b)   Pada umumnya mempunyai derajat vadilitas dan realibilitas yang rendah
c)   Sering terjadi kekaburan.
d)  Dan terbatas mengukur aspek pengetahuan saja.



Ø Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk benar – salah, yaitu:
a)Dalam menyusun item bentuk benar – salah ini hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
b)   Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama
c)Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelasdan memakai kalimat yang sederhana.
d)  Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, konplek, dan negative.
e)Hindarkan penggunaan kata yang dapat membri petunjuk tentang jawabanm yang dihendaki. Misalnya, biasanya, umumnya, selalu.[2]
B.     Pilihan Ganda; ( multiple – choce )
           Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih konpleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan ( statement ) yang belum sempurna yang sering disebut stem, sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbetuk perkataan, bilangan atau kalimat yang disebut option. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengicoh, ( distractor atau decoy atau failis), tetapi memungkinkan seorang memilihnya apabila tidak mengusai yang tidak ditanyakan dalam soal.
           Mengenai jumlah alternative jawban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa membuat 3, 4 atau 5 alternatif jawban. Semakin banyak semakin bagus. Hal ini yang dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of guessing), sehingga dapat meningkatkan vadilitas dan reabilitas soal.
           Menurut Gronlund (1981) “ alternatif jawaban empat kurang baik dengan yang lainnya. Makin banyak alternatif jawaban, semakin kecil kemungkinan peserta didik mereka. Adapun kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal pilihan ganda, antara lain:
§  Mengenal istilah
§  Fakta
§  Prinsip
§  Metode
§  Dan prosudur
         Mengdentifikasi penggunaan fakta dan prinsip; menafsirkan sebab akibat; dan menilai metode dan prosudur. Ada beberapa jenis tes bentuk piliha ganda, yaitu:
1.      Distracters
2.      Analisis hubungan antara hal
3.      Variasi negatif
4.      Variasi berganda
5.      Variasi yang tidak lengkap
           Sementara itu, Mosier, Myers, Price, dalam P. A. Bott ( 1996 ) mengemukakan 14 tipe pertanyaan dengan menggunakan bentuk pilihan ganda, yaitu:
1.      Pertanyaan yang berkaitan dengan definisi
2.      Pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan
3.      Pertanyaan yang berkaitan dengan kasus
4.      Pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh
5.      Pertanyaan yang berkaitan dengan asosiasi
6.   Pertanyaan yang berkaitan dengan recognition of error.
7.   Pertanyan yang berkaitan dengan indentifikasi kesalahan
8.   Pertanyaan yang berkaitan dengan evaluasi
9.      Pertanyaan yang berkaitan dengan membedakan
10.  Pertanyaan yang berkaitan dengan kesamaan
11.  Pertanyaan yang berkaitan dengan susunan
12.  Pertanyaan yang berkaitan dengan susunan yang tidak lengkap
13.  Pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip umum
14.  Pertanyaan yang berkaitan dengan subjek controversial
v  Kebaikan soal bentuk pilihan ganda, antara lain:
a.       Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan objektif
b.      Kemungkinan peserta didik menjawab dengan terkaan dapat dikurangi
c.       Dapat gunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam menjenjang kemampuan kognitif
d.      Dapat digunakan berulang – berulang
e.       Sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak
v  Adapun kelemahan dalam tes pilihan ganda, antara lain:
a.       Tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal dan pemecahan masalah
b.      Penyusunan soal memang benar – benar baik membutuhkan waktu lama
c.       Sukar menentukan alternatif jawaban yang benar – benar homogeny, logis, dan berfunsi
v  Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda
a.       Harus mengacu kepada kopotensi dasar dan indicator soal
b.      Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas
c.       Jangan memasukan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari peserta didik
d.      Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan berarti
e.       Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus
f.       Alternatif harus harus berfunsi, homogeny dan logis
g.      Panjangnya pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek dari pada itemnya
h.      Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan
i.        Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistimatis
j.         Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar[3]


C.    Bentuk Melengkapi Tes Yang Kosong (Completion)
Soal bentuk melengkapi seringkali disebut dengan tes isian singkat atau menyempurnakan. Pada tes bentuk ini testi diminta untuk melengkapi pokok masalah (soal) dengan cara mengisi titik-titik atau tempat kosong sebagai pelengkap kalimat dalam soal. Jadi soal bentuk melengkapi ini disajikan dalam bentuk pernyataan (bukan pertanyaan) yang kalimatnya belum selesai.
Melengkapi dalam tes ini, siswa harus melengkapi rumpang dengan sebuah kata atau frase. Misalnya,
Kita mempunyai ____ mata dan satu hidung. Kita berjalan dengan dua _____.
Untuk mengetes keterampilan membaca dan keterampilan menulis, jawaban untuk rumpang kosong pada soal melengkapi sebaiknya dapat ditemukan dalam bacaan atau berupa kata yang sering ditemukan yang tidak menimbulkan kesukaran dalam ejaan. Untuk mengetes grammar kadang kita membutuhkan dua rumpang kosong, namun konteks tetap harus diberikan. Misalnya,
Our teachers ____ _____ in front of the class while we are sitting on the chairs.
Kata atau frase yang digaris bawahi untuk membantu siswa mengisi rumpang kosong. Namun demikian, jika penguasaan bahasa siswa makin bagus, teknik seperti itu bisa ditinggalkan dan diganti dengan yang lebih alami dan lebih kompleks, seperti:
He asked me for money, _____ I would not give him any.








BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Guru diminta untuk memilih disetiap pernyataan tersebut, benar atau salah. Jika benar tulis tanda tambab (+ ). Sebaliknya jika salah tulis tanda (0) di depan masing- masing pernyataan itu. Nomor 1dan 2 adalah contoh bagaimana cara mengerjakan soal – soal selnjutnya.
           Makin banyak alternatif jawaban, semakin kecil kemungkinan peserta didik mereka. Adapun kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal pilihan ganda, antara lain:
§  Mengenal istilah
§  Fakta
§  Prinsip
§  Metode
§  Dan prosudur
Untuk cara mengisi soal yang kosong siswa harus benar paham denga kalimat yang tertulis.  Jadi soal bentuk melengkapi ini disajikan dalam bentuk pernyataan (bukan pertanyaan) yang kalimatnya belum selesai.






DAFTA PUSTAKA
Zaenal Arifin, M.Pd. “Evaluase Pembelajaran”, PT Remaja Rosdakarya Bandung. (Oktober 2009 ). Hal. 135 – 136
M. amin, M. Pd: “Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, MISYKAt Cet, Malang. ( September 2006 ). Hal. 120 - 122



[1] Drs. Zaenal Arifin, M.Pd. Evaluase Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya Bandung. (Oktober 2009 ). Hal. 135 - 136

[2] Drs. M. amin, M. Pd: “Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, MISYKAt Cet, Malang. ( September 2006 ). Hal. 120 - 122


[3] Ibid: hal. 137 - 144 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar